Gontai79 - Bagi umat Islam, pasti tidak asing lagi dengan kata "Puasa". Karena Puasa merupakan salah satu Rukun Islam, lebih tepatnya Rukun Islam yang ke empat yaitu berpuasa dibulan Ramadhan. Setiap muslim yang beriman wajib hukumnya menjalankan Ibadah sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Tentunya yang sudah dewasa.
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal, sejarah puasa
Ramadhan tidak muncul begitu saja. Dalam riwayatnya, sebelum Nabi
menerima perintah puasa Ramadhan, Nabi telah melaksanakan puasa ‘Asyura
dan puasa tiga hari setiap bulannya. Secara singkat sejarah puasa
Ramadhan sendiri mulai diwajibkan (untuk melakukan ibadah puasa
Ramadhan) pada tahun ke 2 Hijriyah atau 624 Masehi setelah Nabi hijrah
ke Madinah, bersamaan dengan disyariatkannya salat ied, zakat
fitrah, dan kurban. Hal ini berarti, bahwa puasa adalah suatu ibadah
yang bernilai universal dan ibadah yang disempurnakan dari umat-umat
terdahulu.
Sejarah puasa Ramadhan tidak lepas dari waktu pelaksaan selama
diwajibkan berpuasa. Menurut Imam As-Sawi dalam kitab tafsirnya, bahwa
kewajiban puasa yang ditetapkan oleh Allah pada bulan Ramadhan dilakukan
selama sebulan penuh. Hal itu mengacu pada tafsiran kata ma’dudat pada
awalan Q.S al-Baqarah: 188, yaitu kurang dari 40. Hal itu karena,
kebiasaan orang-orang Arab masa lalu jika menggunakan kata ma’dudat maka
yang dimaksud adalah kurang dari empat puluh. Sedangkan menurut Ali
As-Shabuni, tujuan dari hari-hari yang ditentukan tersebut yaitu sebagai
keringanan dan rahmat bagi umat Nabi Muhammad. Oleh sebab itu, Allah
tidak mewajibkan puasa kepada umat Muhammad sepanjang waktu.
Pada awal-awal diperintahkan ibadah
puasa Ramadhan, tata cara berpuasa pada awal-awal diwajibkannya berbeda
dengan sekarang, seperti larangan untuk makan, minum, dan bersetubuh
dengan istri pada malam hari, larangan tidur sebelum berbuka jika itu
dilanggar tidak boleh berbuka sampai tiba waktu berbuka lagi. Hal itu
sesuai dengan hadis riwayat Bukhari yang mengalami serupa yaitu sahabat
Qais Sharmah al-Anshary yang pingsan pada siang harinya karena tertidur
sebelum berbuka pada hari sebelumnya. Akhirnya, ia harus menahan makan
dan minum seharian lagi.
Dalam riwayat lain, masih dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Bukhari, sahabat Umar bin Khattab juga mengalami
demikian. Bahkan, ketika ia tertidur disamping istrinya pada malam
harinya sahabat Umar pun mendatangi istrinya lalu menunaikan hajatnya
karena tidak kuasa menahan hasratnya. Setelah selesai melakukan
hajatnya, Umar pun merasa bersalah pada dirinya mengapa ia tidak kuat
untuk menahan keinginannya itu. Ia tidak bisa tidur dua sampai tiga
hari, sampai akhirnya ia ceritakan pada Nabi. Atas kejadian tersebut,
Nabi menjawab dengan firman Allah Q.S. al-Baqarah: 187, sehingga Allah
memberikan maaf dengan diperbolehkannya hal itu.
أحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَآئِكُمْ
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu …,” (Q.S. al-Baqarah: 187).
Para sahabat semakin gembira dengan
adanya dispensasi berkurangnya waktu puasa, yakni dihapuskannya puasa
pada malam hari setelah berbuka. Maka setelah itu, syariat puasa dan
aturan-aturan puasa Ramadhan berlaku seperti yang kita rasakan saat ini.
Seperti yang difirmankan oleh Allah Swt., yaitu membatasi waktu
berpuasa dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari:
وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
… Dan, makan serta minumlah sampai jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar …,” (Q.S. al-Baqarah: 187).
Itulah sejarah puasa ramadhan yang harus
kita ketahui. Sungguh dari hikmah sejarah puasa ramadhan itu, kita bisa
merasakan kemudahan dari Allah untuk semua hamba-Nya beribadah
kepada-Nya sekaligus merupakan kekhususan umat Nabi Muhammad tersendiri.
Oleh karena itu, harus senantiasa bersyukur atas karuni-Nya kepada kita
umat Muslim. Demikianlah penuturan penulis, semoga bermanfaat.
Wallahualam bisawab.
Selamat Menjalan Puasa Ramadhan 1439 Hijriah, semoga didalam menjalankan ibadah puasa, kita selalu kuat menahan segala godaan dan selalu ikhlas sehingga puasa kita bukan hanya mendapatkan lapar dan haus saja.... akan tetapi bisa diterima oleh Allah SWT dan menjadikan kita manusia yang bertaqwa sesuai dengan tujuan puasa itu sendiri.
Sumber : https://abiummi.com/sejarah-puasa-ramadhan-menilik-asal-mula-perintah-puasa/
Ilustrasi Gambar diambil dari Google