Gantai79 - WOY!! UDAH PADA NGOPI BELOM?!!! DIEM-DIEM BAE!!
Belakangan kata-kata ini sering kita dengar, maupun kita baca diberbagai Media Sosial ataupun di aplikasi pengirim pesan seperti Whatsapp. Mulai dari hanya berupa tulisan, suara maupun Video.
Belakangan kata-kata ini sering kita dengar, maupun kita baca diberbagai Media Sosial ataupun di aplikasi pengirim pesan seperti Whatsapp. Mulai dari hanya berupa tulisan, suara maupun Video.
Tapi apakah semua sudah tahu bagaimana sejarah kopi bisa masuk ke negara kita tercinta ini? Yup, disini saya tidak akan membahas tentang kalimat yang mungkin sudah menjadi fenomenal di berbagai media... (WOY!! UDAH PADA NGOPI BELOM?!!! DIEM-DIEM BAE!!).
Baiklah, dengan pengetahuan saya yg tidak banyak.... Saya akan mencoba menuliskan secara singkat bagaimana tanaman kopi bisa masuk ke negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Ternyata ada cukup banyak leteratur-literatur yang sudah cukup lama yang menjelaskan tentang masuknya kopi ke Indonesia, misalnya ada yang menyebutkan pada tahun 1696 Pemerintah Belanda membawa kopi dari
Malabar, sebuah kota di India, ke Indonesia melalui Pulau Jawa.
Melalui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Di tahun 1707,
Gubernur Van Hoorn mendistribusikan bibit kopi ke Batavia, Cirebon,
kawasan Priangan serta wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Tanaman baru
ini akhirnya berhasil dibudidayakan di Jawa sejak 1714-1715. Sekitar 9
tahun kemudian, produksi kopi di Indonesia sudah begitu melimpah dan
mampu mendominasi pasar dunia. Bahkan pada saat itu jumlah ekspor kopi
dari Jawa ke Eropa telah melebihi jumlah ekspor kopi dari Mocha (Yaman)
ke Eropa.
Jika kita mengambil referensi tentang perjalanan kopi di dalam “Serat Centhini;
Tembangraras-Amongrogo”. kita akan
menemukan bahwa masuknya kopi ke Indonesia melalui
Jatinegara, lalu tersebar ke Tanah Priangan (Jawa Barat), dan pada akhirnya tanaman kopi dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah
Indonesia.
Sekitar tahun 1920-an, ada perusahaan kecil dan menengah yang ada di
Indonesia mulai menanam kopi sebagai komoditas utama dan
perkebunan-perkebunan kopi eks-pemerintah kolonial Belanda yang sebagian
besar berada di Pulau Jawa dinasionalisasi. Secara perlahan dan
teratur, Indonesia bertransformasi menjadi sentra produksi kopi terbesar
di dunia.
Bahkan saat ini, salah satu kota yang berada di bagian utara
dari Pulau Sumatera, tepatnya Dataran Tinggi Gayo yang berada di Aceh
meneguhkan posisinya sebagai sentra produksi kopi arabika dengan areal
lahan paling luas se-Asia.
Kopi Arabika Gayo (Coffea Arabica) merupakan komoditi perkebunan utama
di Dataran Tinggi Gayo, di kawasan yang meliputi 2 kabupaten yaitu Aceh
Tengah dan Bener Meriah, terdapat hamparan kebun kopi rakyat seluas
hampir 100.000 hektar. Menurut sejarahnya, kopi arabika yang berkembang
di dataran tinggi berhawa sejuk ini mulai dikembangkan sejak tahun 1908
yang lalu, dibawa oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk
ditanam di daerah berketinggian rata-rata 1.200 mdpl ini. Tapi kopi
arabika Gayo mulai berkembang secara luas sejak tahun 1950an, dimana
permintaan pasar dunia akan kopi arabika mulai meningkat, ini yang
kemudian membangkitkan minat para petani Gayo untuk menanam komoditi
ini.
Negara yang kita cintai ini, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI HARGA MATI) saat ini dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar
keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Demikianlah sekelumit sejarah tentang masuknya kopi ke Indonesia.
Yo ah... dari pada diem-diem bae... ngopi kita ngopi.... walaupun cuma minumnya baru bisa kopi sachetan, pakai gelas plastik pula.... tapi yang penting daripada diem-diem bae... ngopilah kita.............. !
Ayo dah kita seruput....