Tuesday, 20 March 2018

WOY!! UDAH PADA NGOPI BELOM?!!! DIEM-DIEM BAE!!

Gantai79 - WOY!! UDAH PADA NGOPI BELOM?!!! DIEM-DIEM BAE!!

Belakangan kata-kata ini sering kita dengar, maupun kita baca diberbagai  Media Sosial ataupun di aplikasi pengirim pesan seperti Whatsapp. Mulai dari hanya berupa tulisan, suara maupun Video.

Tapi apakah semua sudah tahu bagaimana sejarah kopi bisa masuk ke negara kita tercinta ini? Yup, disini saya tidak akan membahas tentang kalimat yang mungkin sudah menjadi fenomenal di berbagai media... (WOY!! UDAH PADA NGOPI BELOM?!!! DIEM-DIEM BAE!!).


Baiklah, dengan pengetahuan saya yg tidak banyak.... Saya akan mencoba menuliskan secara singkat bagaimana tanaman kopi bisa masuk ke negara Republik Indonesia yang kita cintai ini. 

Ternyata ada cukup banyak leteratur-literatur yang sudah cukup lama yang menjelaskan tentang masuknya kopi ke Indonesia, misalnya ada yang menyebutkan pada tahun 1696 Pemerintah Belanda membawa kopi dari Malabar, sebuah kota di India, ke Indonesia melalui Pulau Jawa.

Melalui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Di tahun 1707, Gubernur Van Hoorn mendistribusikan bibit kopi ke Batavia, Cirebon, kawasan Priangan serta wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Tanaman baru ini akhirnya berhasil dibudidayakan di Jawa sejak 1714-1715. Sekitar 9 tahun kemudian, produksi kopi di Indonesia sudah begitu melimpah dan mampu mendominasi pasar dunia. Bahkan pada saat itu jumlah ekspor kopi dari Jawa ke Eropa telah melebihi jumlah ekspor kopi dari Mocha (Yaman) ke Eropa.

Jika kita mengambil referensi tentang perjalanan kopi di dalam “Serat Centhini; Tembangraras-Amongrogo”. kita akan menemukan bahwa masuknya kopi ke Indonesia melalui Jatinegara, lalu tersebar ke Tanah Priangan (Jawa Barat), dan pada akhirnya tanaman kopi dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Sekitar tahun 1920-an, ada perusahaan kecil dan menengah yang ada di Indonesia mulai menanam kopi sebagai komoditas utama dan perkebunan-perkebunan kopi eks-pemerintah kolonial Belanda yang sebagian besar berada di Pulau Jawa dinasionalisasi. Secara perlahan dan teratur, Indonesia bertransformasi menjadi sentra produksi kopi terbesar di dunia. 

Bahkan saat ini, salah satu kota yang berada di bagian utara dari Pulau Sumatera, tepatnya Dataran Tinggi Gayo yang berada di Aceh meneguhkan posisinya sebagai sentra produksi kopi arabika dengan areal lahan paling luas se-Asia. 

Kopi Arabika Gayo (Coffea Arabica) merupakan komoditi perkebunan utama di Dataran Tinggi Gayo, di kawasan yang meliputi 2 kabupaten yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah, terdapat hamparan kebun kopi rakyat seluas hampir 100.000 hektar. Menurut sejarahnya, kopi arabika yang berkembang di dataran tinggi berhawa sejuk ini mulai dikembangkan sejak tahun 1908 yang lalu, dibawa oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk ditanam di daerah berketinggian rata-rata 1.200 mdpl ini. Tapi kopi arabika Gayo mulai berkembang secara luas sejak tahun 1950an, dimana permintaan pasar dunia akan kopi arabika mulai meningkat, ini yang kemudian membangkitkan minat para petani Gayo untuk menanam komoditi ini.

Negara yang kita cintai ini, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI HARGA MATI) saat ini dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Demikianlah sekelumit sejarah tentang masuknya kopi ke Indonesia.

Yo ah... dari pada diem-diem bae... ngopi kita ngopi.... walaupun cuma minumnya baru bisa kopi sachetan, pakai gelas plastik pula.... tapi yang penting daripada diem-diem bae... ngopilah kita.............. ! 

Ayo dah kita seruput....